Langsung ke konten utama

Tak Kusankah dan Tak Kuduga, Cinta Insani

 

Tak terlintas dalam hatiku tuk mengingkari bisikan nurani

Nasib jua yang memisahkan kita seperti halnya pertemuan kita

Pernahkan terlintah dalam pikiranmu tuk mendobrak pertahananku?

Setidaknya tuk meyakinkanku bahwa kau memiliki kesungguhan?

Kau sendiri yang tahu jawabannya….

Kucari dan kudamba cinta yang sejati dari seorang insani

Tapi yang kutemui hatiku terluka…

Luka yang teramat dalam hingga ku tak tahu lagi cara mengobatinya….

Kubawa hatiku yang terluka mengarungi samudera kehidupan

Yang tramat luas bagi diriku yang teramat kecil… lemah …..

Dan terkadang seringnya tak berdaya…

Kutemukan diriku terlunta di tengah rimba belantara

Tak kusangka dan  tak terduga…rimba belantara menjadi habitatku yang nyata

Hingga kusadari bahwa selama ini aku terlena dengan berbagai fantasi

Dan imajinasi yang kuciptakan sendiri…

Kubersyukur kepada Illahi yang tlah memberiku kesempatan

‘Tuk memahami segala sesuatu yang tlah kualami

Smoga aku selalu dalam lindunganMu…YA..Rabbi …Kekasih hati

Hanya Kau lah yang abadi

Dengan RidhoMu ku mengarungi kehidupan yang fana ini

Hanya kepadaMu aku berlindung dan meminta pertolongan

Hanya kepadaMu ku bersujud dan bersembah diri

Terimalah baktiku ini…Yaa Rabbi junjunan hati

Kuucap dengan penuh kesadara dan keikhlasan syahadat ini

“ Ashhadu allaa illaaha illallah wa ashhadu annaa MuhammadarRosulillah”

Tanpa keraguan dan penuh kesadaran kukembali berdiri di alam nyata

Penulis: Muh Yunus
Tak Kusankah dan Tak Kuduga, Cinta Insani
-Perindu Aksara
http://www.perindu-aksara1.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam Semakin Larut

Malam yang kian larut, merenggut waktu bermain sang dewi malam, rembulan separuh. lalu rintik hujan pun mulai membasahi kedua matamu yang lekat menatap pinggiran langit tanpa renda_renda. awan berwarna biru keunguan bergumam sesuatu pada telingamu, kau semakin terselimuti kesunyian. dan kau membiarkan malam semakin larut. Malam ini adalah malamku juga. walau tanpa karpet merah atau sebotol sampagne. karena bangku tua ini memaksaku menghabiskan sisa cerutu dan setengah cangkir kopi pahit. aku terlambat untuk mengucapkan selamat jalan pada sang dewi malam yang telah menghilang. hanya sisa bayangan kosongnya yang menghitam di sudut pandangku. aku mabuk, liar membaca gerakan angin dingin, dan terpapah di atas batu_batu muda yang telah menjadi kerikil. sesekali kudengar jangkrik dan burung hantu menertawakan langkah sempoyonganku. dan aku membiarkan malam semakin larut. Malam ini juga malam kita. saat untaian kata tak lagi setegas sajak khairil anwar atau petuah lama william shakespeare. ki...

Kepin Hati Di Senja, Haru menatapku

Semburat jingga di sudut langit memantul ke air danau. Menghias bias bayangan diriku dan haruka yang juga ikut terpantul. Angin lembut menghembus wajah kami, dan menerbangkan desah jiwa kami. Berat. Kupandang wajahnya, yang dingin seperti biasanya. Sebersit ingatan tentang malam kemarin, membuat dadaku kembali terasa sesak. Sadarkah ia yang telah memelukku kemarin, dengan tulusnya... Aku tau, Haru. Dan aku, mulai mengerti bagaimana jalan cerita ini, layaknya alur roman yang sendu.      Haru menatapku, membuatku bergetar dan ingin menjauh darinya. Tapi cercah cahaya itu berkata lain, seakan mengikat kami dalam satu hubungan yang rumit. Kau milik Dia, tak sepantasnya kau bersikap seperti ini padaku. Kau membuatku kembali bingung dengan putusanku untuk menjauhimu. Tolong, berhentilah dengan sikapmu ini. Teriakku dalam hati.      Haruka diam, seakan begitu menikmati senja bersamamu. Serasa tak bisa kutahan lagi. Aku menangis tanpa sadar di sisinya, di sisi Haru...